#1Hari1Ayat: Q.S.Al-Hajj ayat 3 (Belajarlah...)

وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطَانٍ مَّرِيدٍ
Waminannasi man yujadilu fiillahi bighayri 'ilmin wayattabi'u kulla shaytanin mariid(in)

Artinya:
Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat.

***

http://www.babble.com/mom/10-inspirational-quotes-for-back-to-school-season/confucious/

Bagiku ilmu pengetahuan adalah segalanya. Aku selalu berusaha menggapai ilmu pengetahuan stinggi langit yang didasari ilmu agama. Itulah yang selalu orang tuaku ajarkan kepadaku.

Namun, jika ditanya resolusiku tahun ini tentang pendidikan yang aku dapatkan?
Simple. Di tahun ini dan selanjutnya, aku ingin lancar berbahasa Inggris. Simple, bukan? Tapi aku bingung bagaimana caranya lancar berbahasa Inggris. Kucoba dengan membaca artikel berbahasa Inggris, tapi tetap saja sulit untuk memahaminya tanpa buka-tutup kamus. Sulit. Bahkan pernah kucuba untuk menonton film asing tanpa menggunakan subtitle bahasa Inggris, tapi bukan bisa berbahasa Inggris yang kudapat, tapi ketidaktahuan mengenai jalan ceritanya, hihihi....

Padahal aku tahu, saat tes perkuliahan 2 tahun lagi (saat ini aku duduk di kelas XI) akan banyak soal bahasa Inggris yang akan kutemui di sana. Bahkan Ujian Nasional (UN) Bahasa Inggris juga ada soal listening, aku khawatir jika aku tak mampu. Aku juga tahu bahwa besok ketika memasuki masa perkuliahan atau dunia kerja, Bahasa Inggris sangat dibuthkan. Tapi mengapa sampai saat ini tingkat bahasa Inggrisku minim. Ya Allah aku ingin lancar berbahasa Inggris.


Pati, 31 Januari 2014

Badai Besar Substitusi Energi



Badai Besar Substitusi Energi
Oleh: Ahsanul Marom (2)

Berkenaan dengan tema Mengapa Pengembangan Energi Alternatif Terkendala? yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul Desa Mandiri Energi di www.darwinsaleh.com, saya berpandangan bahwa saya kurang setuju dengan pembahsan tersebut, karena pada kenyataannya DME (Desa Mandiri Energi) tidak berkembang dan tidak menjalar ke desa atau masyarakat lainnya karena dukungan pemerintah yang nihil.

Memang beberapa desa di beberapa Kota/Kabupaten yang telah berhasil dengan program Desa Mandiri Energi, mengalami perkembangan yang cukup pesat diakibatkan bertambah pesatnya pula perekonomian dan pendapatan desa tersebut. Misalnya desa Wonomulyo, Tanjung Palas Timur, Kalimantan Utara yang telah memulai Desa Mandiri Energi berbasis Biogas. Atau Desa Mandiri Energi berbasis PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) kincir, Desa Mengkang, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Dan masih banyak desa lain yang menerapkan program serupa. Memang desa tersebut sudah mampu menciptakan energi secara mandiri dan menghasilkan pendapatan desa dan daerah yang lebih besar. Namun, apakah sudah didukung oleh pemerintah pusat?

Dukungan pemerintah pusat mengenai hal ini terkesan nihil. Jikapun ada, hal itu tak merata sama sekali. Pemerintah pusat terkesan hanya terima bersih dari penghematan anggaran karena program ini. Lantas tak ada turun tangan. Oleh sebab itu, desa-desa yang sudah mencanangkan program Desa Mandiri Energi kurang mampu mengembangkan potensinya. Mereka dengan swadaya harus mengembangkan sendiri dan mempertahankan program tersebut, menghindarkan dari arus kehidupan yang keras.

Meski dari namanya saja sudah Desa Mandiri Energi, namun harusnya pemerintah pusat juga ikut serta mengawasi pelaksanaan sehingga tercipta hubungan yang koherensi. Pengawasan di sini berarti mengawasi apakah program tersebut masih berjalan atau malah berhenti total karena merugi, lantas kehabisan modal. Sungguh disayangkan jika hal itu terjadi. Untuk itu kinerja pemerintah pusat harus ikut andil langsung dalam program ini.

Selain itu, untuk membentuk Desa Mandiri Energi yang merata, pemerintah daerah juga harus menyeleksi potensi apa saja yang ada pada daerah tersebut. Sehingga program Desa Mandiri Energi dapat tersebar di seluruh desa di Indonesia, sehingga dapat menghemat energi yang ada di Indonesia, terlebih energi yang tidak dapat diperbarui.

Penghematan energi juga tidak hanya melalui Desa Mandiri Energi. Penghematan energi juga dapat dilakukan dengan menciptakan energi alternatif, misalnya dengan menciptakan kendaraan tanpa bahan bakar minyak, dan lain sebagainya. Sebenarnya menciptakan energi alternatif juga dapat diperoleh dalam Desa Mandiri Energi, namun menciptakan energi alternatif secara perseorangan atau kelompok lain, misalnya kelompok mahasiswa, akan jauh lebih menghasilkan daripada Desa Mandiri Energi, dikarenakan kelompok tersebut memiliki modal dan kompeten yang sama atau setara.

Penciptaan energi alternatif sebenarnya sudah banyak dilakukan. Misalnya, mobil listrik Dahlan Iskan yang sempat mencuat dan menjadi trending topic dalam beberapa minggu. Namun, lagi-lagi karena dukungan pemerintah yang nihil, tidak bergerak, menjadikan mobil listrik ini musnah begitu saja ditelan sang zaman. Sungguh disayangkan. Padahal jika mobil listrik ini dipertahankan dan dikembangkan, bahkan diproduksi secara luas, mobil listrik ini mampu menghemat bahan bakar minyak.

Misalnya saja kita asumsikan setiap mobil berbahan bakar premium dalam sebulan memerlukan premium sebesar 30 liter, maka saat itu juga apabila peran mobil premium digantikan mobil listrik, negara akan menghemat 30 liter premium perbulan permobil. Sekaligus sang pengguna mobil listrik tersebut mampu menghemat Rp195.000,00 dalam sebulan dengan perhitungan 30 liter dikalikan harga jual premium saat ini, Rp6.500,00. Bisa dihitung sendiri bukan berapa penghematan dalam setahun?

Mobil listrik ini juga dapat mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak saat bencana alam terjadi, yang mengisolir daerah tersebut sehingga mengganggu pendistribusian bahan bakar minyak. Contoh dari kelangkaan bahan bakar minyak tersebut terjadi di jalan pantura Jawa Tengah, seperti di Pati, Kudus, Jepara. Pekan lalu saat ketiga daerah ini terisolir karena banjir bandang melanda, pendistribusian bahan bakar minyak sangat terganggu. Sekalipun ada, antrean kendaraan mengular sejauh hampir 1 kilometer. Hasil yang didapat pun tak sebanding lelah saat mengantre.

Lonjakan kendaraan juga memengaruhi kelangkaan bahan bakar minyak. Hal ini sering kita temui saat musim mudik atau menjelang lebaran. Kelangkaan pasti hampir terjadi di setiap kota.

Untuk itu, perlu adanya solusi jangka panjang untuk dua permasalahan ini. Mobil listrik adalah solusi jangka panjang tersebut. Dengan diproduksi secara massal, maka akan menarik minat masyarakat untuk beralih dengan mobil listrik tersebut. Terlebih mobil listrik ini juga ramah lingkungan.

Dengan demikian, saya juga kurang setuju dengan artikel “Kiat Atasi Masalah BBM Lebaran” yang terdapat dalam website www.darwinsaleh.com. Karena menurut saya langkah yang dilakukan pemerintah dengan cara menambah stok BBM adalah kurang efektif. Hal tersebut sama saja dengan memanjakan masyarakat untuk menghabiskan BBM dengan secepat-cepatnya. Lalu bagaimana nasib manusia jika bahan bakar minyak habis, mengingat minyak bumi adalah bahan tambang yang tidak dapat diperbarui?

Dengan penjelasan sebagaimana di atas, solusi terbaik adalah menciptakan energi alternatif seperti mobil listrik itu sendiri. Terlebih jika mobil listrik itu adalah produksi dalam negeri, maka akan lebih bagus lagi jika diproduksi secara massal. Karena apabila mobil listrik tersebut produksi dalam negeri, maka harga jualnya pun lebih dapat dijangkau masyarakat, dikarenakan tidak dikenakan biaya masuk atau impor.

Lalu bagaimana cara memengaruhi masyarakat agar mau menggunakan mobil listrik?

Permasalah ini tak sulit, namun juga tak mudah. Perlu peran aktif dari pemerintah pusat dan daerah untuk membujuk dan merayu masyarakat agar mau beralih ke mobil listrik. Peran aktif tersebut dapat dimulai dari pemerintahan itu sendiri. Misalnya dengan menggunakan mobil listrik sebagai mobil dinas kepala daerah dan para stafnya, tentunya mobil premium lama diberikan untuk kas negara. Jika perlu, jadikan mobil listrik itu sebagai mobil kepresidenan dan mobil para anggota dewan pusat. Maka dengan cara tersebut, masyarakat boleh jadi akan tertarik dengan sendirinya.

Bisa juga dilakukan cara yang lain, yang tentunya lebih berat, yakni dengan pemaksaan kepada masyarakat. Pemaksaan tersebut antara lain dengan cara menghentikan impor mobil berbahan bakar minyak dan menggantikannya dengan mobil listrik yang terpampang rapi di pasaran. Pemaksaan ini juga pernah dilakukan oleh Mahatma Gandhi. Beliau memaksa rakyat India untuk menggunakan kain asli India dan menghentikan impor kain dari luar negeri. Memang awalnya rakyat sempat memprotes kebijakan tersebut. Namun, penjualan kain asli India pun akhirnya laku di pasar negerinya sendiri, karena mau tak mau rakyat India harus membeli satu-satunya jenis kain yang ada di pasaran, yakni kain asli India itu sendiri. Mungkin, Indonesia juga bisa meniru kebijakan ini, tapi bersiaplah dengan protes dan demonstrasi rakyat yang lebih besar dari rakyat India.

Kesimpulannya, banyak jalan menuju surga. Banyak cara pula untuk mengganti energi pokok dengan energi alternatif yang dapat diperbarui. Namun, perlu dukungan dari semua pihak dan kalangan, baik pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat sendiri, sehingga akan terjadi keselarasan, koherensi, dan keharmonisan hubungan untuk menciptakan energi alternatif yang dapat dijangkau dan digunakan oleh masyarakat luas.

Salam Indonesia!


Pati, 30 Januari 2014

***
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan” 

Indonesia, Bangsa Kuat yang Lembek



Indonesia, Bangsa Kuat yang Lembek
Oleh: Ahsanul Marom (1)

Berkenaan dengan tema “Indonesia disebut sebagai Bangsa yang Lembek, Benarkah?” yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul Civis Pacem Parabellum di www.darwinsaleh.com, saya berpandangan bahwa saya sangat setuju karena Indonesia memang negara yang lembek dalam menghadapi permasalah, misalnya permasalahan yang telah dituturkan dalam artikel tersebut mengenai hubungan dengan Malaysia. Pada dasarnya Indonesia terkesan lebih memilih hubungan diplomatik mengenai politik antarnegara daripada perlindungan dan kesejahteraan warga negaranya di negara tetangga.

Salah satu contoh adalah kasus penembakan tiga orang Warga Negara Indonesia (WNI) dalam kasus tuduhan perampokan. Padahal ketiga WNI tersebut belum sepenuhnya bersalah, karena saat ditembak, status ketiga WNI adalah sebagai terduga, yang belum tentu bersalah atau tidak. Namun, pemerintah Indonesia seakan tidak tahu-menahu dan tutup mulut dengan hal tersebut.

Contoh lain adalah persengketaan status Pulau Ligitan dan Sipadan yang memang sudah diincar pemerintah Malaysia sejak tahun 1967. Pada tahun 2002, saat kasus persengketaan tersebut mulai mencuat kembali, pemerintah Indonesia juga terkesan tak acuh mengenai hal tersebut, hingga Mahkamah Internasional memutuskan kedua pulau tersebut milik Malaysia, Indonesia hanya mengikhlaskan, tak berbuat banyak. Padahal sangat jelas bawasannya kedua pulau tersebut (dalam peta) masuk wilayah Indonesia. Namun, kekalahan argumen yang disebabkan oleh tak acuhnya pemerintah Indonesia mengenai hal tersebut, menjadi penyebab lepasnya kedua pulau tersebut. Kini, kedua pulau tersebut menjadi tujuan wisata dengan pendapatan terbesar Malaysia per tahun dalam bidang sosial-budaya. Lantas, siapakah yang perlu disalahkan?

Selain ketidaktegasan terhadap permasalahan luar negeri dengan bangsa lain, bangsa Indonesia juga kurang tegas terhadap permasalahan dalam negerinya sendiri. Misalnya saja dalam artikel yang berjudul “Korupsi Masalah Strategis Bangsa” yang tertulis dalam website www.darwinsaleh.com.

Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa korupsi adalah satu-satunya faktor yang dinilai sangat menghambat pertumbuhan ekonomi (dari 19 faktor sosial-ekonomi-politik-hukum-budaya dalam Survei Persepsi Pasar oleh BI, Agustus-September 2009, atas 100 ekonom/analis/pengamat). 

Di sisi lain, menurut menurut Corruption Perception Index (CPI) yang dikeluarkan Transparancy International yang melakukan survey tingkat kebersihan akan KKN dan ketidakkorupan di 177 negara pada tahun 2013, merilis Indonesia menduduki peringkat ke-114 atau peringkat 64 negara terkorup di dunia. Di tingkat Asean sendiri, Indonesia duduk di peringkat 4, hanya berada di atas Vietnam, Timor Timur, dan Laos.

Meski telah terbukti demikian, namun penanganan atas kasus korupsi di Indonesia sangat tidak eksplisit dan tidak serius. Ketidak-eksplesitan dan ketidakseriusan penanganan kasus korupsi di Indonesia terbukti dari lambannya putusan penahanan atau pidana terhadap terpidana, yang sebelumnya telah berganti status dari saksi, tersangka dan terpidana.

Lambatnya putusan tersebut terbukti dari kasus korupsi SKK Migas, Rubi Rubiandini. Saat sidang terakhir tanggal 21 Januari 2014, status Rubi Rubiandini adalah saksi. Padahal sudah 5 bulan sejak Rubi ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), atau tepatnya pada tanggal 13 Agustus 2013.

Hal yang sama juga terjadi dalam kasus yang menggeret Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar. Hingga saat ini, Akil belum terjerat pidana apapun, hanya pemecatan tidak hormat yang telah diterima. Padahal Akil terbukti tertangkap tangan melakukan transaksi pencucian uang pada tanggal 2 Oktober 2013. Selain itu, Akil juga terlibat kasus korupsi, penyuapan, gratifikasi, dan penggunaan narkoba.

Dalam dua kasus tersebut, penulis tidak menyalahkan KPK sebagai badan resmi pemberantas korupsi, melainkan menyalahkan sistem, proses, dan prosedur hukum di Indonesia yang terkesan berbelit-belit, menyulitkan pembenaran, dan “membela” pelaku dengan praduga tak bersalah.

Selain lambannya putusan penahanan dan proses hukum kasus korupsi, lemah dan lembeknya Indonesia terlihat sangat jelas melalui penahanan terpidana kasus korupsi. Lagi-lagi hukum di Indonesia sangat memihak pada koruptor. Hal itu terbukti dari isi Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa seorang koruptor dapat dihukum pidana seumur hidup atau kurungan 4 hingga 20 tahun.

Akan tetapi pada kenyataannya, pidana seumur hidup hanya sekali terjadi pada kasus Adrian Woworuntu, 10 tahun silam. Lainnya, hanya diganjar hukuman ringan, karena maksimal penahanan hanya 20 tahun penjara.

Misalnya saja kasus Nazaruddin yang hanya divonis 4 tahun 10 bulan yang akhirnya diputuskan 7 tahun kurungan penjara. Hukuman itu sangat ringan jika dibandingkan hasil “rampokan” 4,6 miliyar rupiah. Jika hasil suap itu digunakan untuk pembangunan sekolah dengan keadaan yang sangat riskan, berapa banyak siswa yang merasa bahagia sekolah mereka yang dulunya menghawatirkan kini kembali berdiri kokoh.

Terlebih dari itu, apabila koruptor telah dipidana, bukan jeruji dingin dan keras yang ia terima, melainkan jeruji besi yang sangat mewah, bahkan ber-AC, kulkas, televisi, almari, kunci sel tahanan pribadi, dan lain sebagainya. Seperti halnya jeruji Gayus Tambunan yang mewah, adalah contoh dari “perlindungan” koruptor sekaligus bukti kelembekan hukum di Indonesia.

Hal tersebut di atas menjadi bukti kelemahan Indonesia dalam proses hukum, terutama kasus tindak pidana korupsi. Jika dibandingkan dengan negara lain, koruptor di Indonesia masih sangat aman dan sejahtera. Maka berbahagialah koruptor saat ini.

Di China misalnya, koruptor dihukum mati (tembak, gantung, atau kubur hidup-hidup) di depan para hadirin di pusat kota. Selain itu, pelaksanaan hukuman bagi koruptor tersebut harus ditayangkan secara langsung oleh semua stasiun televisi tanpa sensor dan iklan. Penayangan tersebut juga harus diulang setiap hari selama sebulan penuh. Terlihat kejam memang, tapi itulah ganjaran bagi para koruptor, karena di China kasus korupsi dianggap kejahatan level tinggi. Namun, hal tersebut mampu menurunkan angka KKN di China secara drastis.

Negara yang serumpun dengan Indonesia, ternyata juga memiliki ketegasan yang patut diacungi jempol. Malaysia menghukum para koruptor dengan hukuman gantung. Sementara di negara Islam seperti negara timur tengah, Arab Saudi misalnya, memperlakukan para koruptor dengan memotong kedua tangannya, sesuai dengan hukum Islam yang berlaku.

Dibanding tiga negara tersebut, hukuman di Indonesia masih jauh dibawahnya. Padahal sebenarnya hukuman yang terlihat kejam itulah yang akan menghentikan kasus besar seperti korupsi, sehingga menimbulkan efek jera bagi pelaku. Lebih memilih mena, membunuh satu orang yang seperti kuman dan jamur atau membunuh rakyat Indonesia lain yang tak berdosa?

Lembeknya Bangsa Indonesia terbukti lagi dengan kasus Rasyid Rajasa yang telah menewaskan dua orang dalam kecelakaan lalu lintas. Dalam kasus ini, Rasyid hanya diberikan hukuman 5 bulan penjara dengan masa percobaan 6 bulan. Aneh memang. Lagi-lagi negara terkesan melindungi anak pejabat meski telah menghilangkan nyawa orang lain dan terbukti salah.

Seharusnya Indonesia harus meniru proses hukum Korea Utara yang tidak melihat apakah dia pejabat pemerintahan atau tidak. Terbukti Jang Song Thaek, paman presiden Korea Utara, Kim Jong Un dihukum mati setelah melakukan kesalahan dalam urusan  kuangan negara. Ketidak-pilih-kasihan inilah yang sejatinya harus ditiru Bangsa Indonesia untuk menciptakan keselarasan hukum antara rakyat kecil, menengah, dan atas.

Di lain sisi, Bangsa Indonesia adalah negara yang kuat. Hal itu terbukti dari Korps Pasukan Khusus (Koppasus) menduduki peringkat ketiga tentara elite internasional dibawah Inggris dan Israel. Tak hanya itu, Alutsista milik TNI adalah perlengkapan perang terbaik di dunia.

Kini pertanyaannya, jika perang saja sudah siap dan merasa kuat, mengapa melawan kasus dalam negeri masih lembek? Mengapa proses hukum yang melibatkan pejabat selalu berbelit?

Sedikit mengutip dari artikel yang berjudul “Civis Pacem Parabellum”: Kalau Ingin Damai Kita Harus Siap Berperang. Mulailah berperang melawan diri sendiri. Hadapi dulu mafia-mafia dalam negeri yang akan mengahancurkan bangsa dan negara layaknya jamur yang kian lama kian menyebar. Tumpas habis para koruptor dengan hukuman mati. Jangan pilih kasih dalam proses hukum. Kuatkan hukum. Hukum tetap hukum dan ini adalah negara hukum. Semua harus patuh dan tunduk terhadap hukum.

Salam Indonesia!

Pati, 28 Januari 2014

***

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan”

#1Hari1Ayat: Q.S.Shad ayat 27 (Tak Ada Yang Sia-Sia)


وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاء وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
Wamaa khalaqnassama'a wal'ardla wamaa baynahumaa baathilan dzalika dhannulladziina kafaruu fawaylullilladziina kafaruu minannar(i)

Artinya:

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.

***

Sungguh Maha Besar Allah Yang Menciptkaan Segalanya...
Dia yang menciptakan langit dan bumi besarta isinya dan tak ada yang sia-sia yang Dia ciptakan. Bahkan rokok yang terbuat dari tembakau, yang mengandung macam-macam racun dan penyakit juga ternayat bermanfaat. Kita dapat menggunakan tembakau dalam rokok yang telah dibasahi dan dilumurkan ke bagian tubuh (kaki, misalnya) untuk menghindarkan diri dari lintah darat (Note: Lintah Darat di sini artinya lintah dalam ati sebenarnya, bukan lintah dalam arti r*nt*nir, ya!)

Bahkan lintah, sang penghisap darah, pun ternyata bermanfaat untuk pengobatan.
Tumbuhan ganja yang memabukkan atau entahlah apa, juga sangat bermanfaat untuk ilmu pengobatan.
Anjing yang haram menurut Islam pun juga bermanfaat untuk penyidikan dan penyelidikan polisi.

Semua yang diciptakan Allah SWT pasti bermanfaat untuk umat manusia.
Ada yang bisa menyebutkan apa ciptaan Allah yang tak berguna bagi manusia? Comment ya! ^_^

Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya


Pati, 30 Januari 2014

#1Hari1Ayat: Q.S.Ibrahim ayat 7 (Syukur itu Mahal)


وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Waidz ta'athdzana rabbukum lain shakartum la'aziidannakum wala'in kafartum inna 'adzabii lasyadiid(un)

Artinya:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

***

Ketika membaca ayat ini, aku teringat pada suatu sore. Sore itu aku tengah pergi ke sebuah toko. Awalnya biasa aja. Kuparkir motorku di luar, masuk, membeli barang yang kucari, selesai, bayar, keluar. Biasa memang. Monoton. Tapi justru di sinilah yang membuat hatiku bergetar.

Ketika aku keluar dari toko tersebut dan ingin pulang, aku berjalan santai menuju tempat parkir untuk mengambil kendaraan, aku melihat seorang tukang parkir yang sudah sepuh (tua/sekitar 50-60 tahun). Beliau tengah menarik sebuah motor pelanggar toko dengan tenaga yang tersisa, meniup peluit tanda memperlambat kendaraan lain. Usai, motor itu pun melaju.

Pak tukang parkir itu pun menghampiriku. ingin membantuku. Tapi karena sebelumnya aku sudah memersiapkan kendaraanku, maka bapak itu tak perlu lagi menarik motorku. Setelah itu, kukeluarkan beberapa uang kecil (biasanya tukang parkir di sini diberi imbalan Rp500/motor). Karena tak ada uang Rp500an, maka kubayarkan dengan uang Rp2000. Saat bapak itu mengeluarkan uang receh kembalian, aku menolak dengan halus. Bapak itu pun tak henti-hentinya berterima kasih. Tersenyum, berhamdalla. Di sinilh aku ingin menitikkan air mata. Kubayar dengan Rp2000 saja bapak itu sudah amat berterima kasih hingga tersenyum dan mendoakanku. Padahal uang tersebut hanya untuk membeli nasi bungkus (kucingan) tanpa minum.

Ya Allah, betapa besar rasa syukur bapak itu. Bapak itu selalu bersyukur dengan apa yang diterimanya meski tak seberapa bagi orang lain. Ya Allah, aku malu, Ya Allah. Mengapa aku jarang sekali mengucap "Alhamdulillah" kepada-Mu Ya Allah?! Aku malu dengan bapak itu. Aku Malu.

Semoga apa yang aku berikan kepada bapak itu bisa bermanfaat bagi diri dan keluarga bapak yang tak sempat kutanya namanya. Semoga bapak itu mendapatkan rejeki yang lebih besar lagi dari apa yang sekadar kubeli. Dan semoga pelajaran ini membuatku dan seluruh pembaca ini lebih bersyukur dengan segala nikmat-Mu. Aamiin

Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya


Pati, 29 Januari 2014

#1Hari1Ayat: Q.S.Fushilat ayat 49 (Semangat Kakak!)

لَا يَسْأَمُ الْإِنسَانُ مِن دُعَاء الْخَيْرِ وَإِن مَّسَّهُ الشَّرُّ فَيَؤُوسٌ قَنُوطٌ

La yas'amul'insanu min du'aa'ilkhayri waimmassahusysyarra faya'uusun qanuuth(un)

Artinya:
Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.

***

Putus asa adalah hal yang sangat mudah melanda diri manusia, terlebih jika dia merasa gagal. Gagal sedikit saja, menyerah, putuh asa. Padahal jika dia mau mencoba lagi, Insya Allah dia berhasil. "Ah entahlah, I'm give up. It's impossible"

Lihatlah Thomas Alva Edison yang terus berjuang terus menerus menemukan bola lampunya hingga 9955 kali percobaan dan hasilnya gagal. Dan dia mencoba lagi, hingga percobaan ke 9956 dia berhasil menemukan bola lampu. Coba bayangkan jika pada percobaan ke 5 saja Edison sudah menyerah, bumi ini akan gelap gulita selamanya.

Masih banyak lagi kisah pantang menyerah. Untuk itu, yuk ubah pola pikir kita dari "Impossible" menjadi "I'm Possible". Jangan mudah menyerah menghadapi suatu apapun. Karena dibalik kegagalan pasti ada hikmahnya.

Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya.


Pati, 28 Januari 2014


#1Hari1Ayat: Q.S.Ali-Imran ayat 200 (Sabarlah!)


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Ya ayyuhalladziina amanuushbiruu washabiruu warabituu waittaquullaha la'allakum tuflihuun(a)

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

***

Sabar mungkin tak asing lagi oleh telinga kita. Tapi, hmmm, entah mengapa sangat sulit untuk menumbuhkan sifat sabar itu sendiri?

Saat diejek oleh orang lain kita emosi
Saat lapar sedikit, kita marah-marah
Saat capek sedikit, kita marah pula
Saat mendapat cobaan dari Allah, malah memaki Allah

Naudzubillah....

Jika diberi penyakit, sabar. Jika kalah sesuatu, sabar. Jika banyak tugas, sabar. Tapi sepertinya hal itu sangat sulit. Apa susahnya?

Padahal sebenarnya, dibalik kesabaran itu pasti ada hikmahnya. Ketika bencana banjir seperti di Pati selama sepekan lalu melanda, bersabarlah, maka banjir tersebut akan surut (seperti saat ini yang sudah separuh surut, malah hampir surut seutuhnya. Alhamdulillah). Maka ada hikmah dibalik sabar itu sendiri.

 Banyak orang berkata, sabar itu ada batasnya. Hal itu salah. sabar tak ada batasnya, selama kita masih bisa mengendalikan diri kita. Mengutip sedikit dari ucapan Bondan Prakoso
Sabar itu tak ada batasnya, jika ada orang berkata Sabar ada batasnya, maka sesungguhnya dia kalah  dan tak mampu melawan masalah yang ia hadapi.
Maka, BERSABARLAH!

Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya.



Pati, 27 Januari 2014

#1Hari1Ayat: Q.S.At-Tiin ayat 4 (Makhluk Terbaik)


لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Laqad khalaqnal'insana fii ahsani taqwiim(in)

Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

***

Hari Minggu ini, saya menyaksikan seorang yang bertato dan bertindik menghiasi layar kaca. Mungkin hal itu sudah biasa bagi anda. Atau anda cuek dengan penampilan mereka. Jika anda begitu, maka anda sama dengan saya.

Tapi entah mengapa, tiba-tiba timbul pertanyaan aneh di benak saya, "Buat apa ya orang itu pakai tindik dan ditato? Apa esensinya?"

Pertanyaan itu mengental setelah membaca ayat ini. Bukankah manusia telah diciptakan sebaik-baiknya? Lalu mengapa masih ada yang merubah penampilan dengan tindik atau tato? Memang apa ya yang kurang dari ciptaan Allah ini?

Entah kepada siapa pertanyaan ini akan tertuju dan dari siapa pula akan terjawab. Atau malah hanya tertahan di benak saya. Ah, entahlah. Tapi saya hanya ingin berpesan, Jangan sekali-sekali merubah ciptaan Allah. Karena itu sama saja tak menghargai Allah.

Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya
Pati, 26 Januari 2014

#1Hari1Ayat: Q.S.Al-Mu'min ayat 60 (Janji Allah Kepada Manusia)

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Waqala rabbukumud'uunii astajib lakum innalladziina yastakbiruuna 'an 'ibadatii sayadkhuluuna jahannama dakhiriina

Artinya:
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

***

Membaca ayat ini, saya teringat sesuatu yang pernah saya dengar dari seseorang ustad. Ustad tersebut berkata bahwa doa kita akan selalu dikabulkan oleh Allah. Timbul rasa ingin tahu saya terhadap perkataan tersebut. Benar saja, saya menemukan ayat ini dalam Al-Quran. Ayat yang menyuruh kita untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT., dan tak ada yang lain. Dan Allah janji akan mengabulkan doa kita, kecuali doa untuk kejelekan orang lain.

Lalu mengapa doa saya tak dikabulkan?
Positive Thinking. Pasti Allah akan mengabulkan doa itu disaat yang tepat, dan bukan sekarang. Allah Maha tahu yang terbaik untuk kita. Jika tak kunjung dikabulkan? Allah pasti punya rencana lain dibalik doa itu. Wallahu'alam.

Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya.


Pati, 25 Januari 2014

#1Hari1Ayat: Q.S.Al-Jumuah ayat 8 (Kematian Datang Tiba-Tiba)

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Qul inna almawtalladzii tafirrauna minhu fainnahu mulaqiikum tsumma turaddauna ila 'alimilghaybi wasysyahadati fayunabbi'ukum bima kuntum ta'maluuna

Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".

***

Innalillahi Wainnailaihi Rojiun.
Kabar duka menyelimuti hati umat Islam di Indonesia. Rais Aam PBNU, dan salah satu ulama besar di Indonesia, KH Sahal Mahfudz telah berpulang ke Rahmatullah pada hari ini, Jumat 24 Januari 2014 dini hari tadi.

Mbah Sahal wafat di kediamannya di kompleks pesantren Mathali'ul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah dalam usia 77 tahun. Sejak muda beliau sudah mengasuh Pondok Pesantren Mathali'ul Falah. Beliau merupakan salah satu tokoh NU berpengaruh, kerap terlibat dalam penyusunan dan penetapan penerapan hukum Islam baik klasik maupun kontemporer.
Untuk itu, penulis ingin mengajak pembaca untuk membacakan umul kitab, Surat Al-Fatihah kepada Mbah Sahal. Semoga beliau senantiasa di terima di sisi Allah SWT. Aamiin. . .

Ya, kematian memang dapat terjadi kapan dan dimana saja. Tinggallah kita menunggu saat yang telah digariskan.

Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya.


 Pati, 24 Januari 2014

#1Hari1Ayat: Q.S.Qaaf ayat 9 (Berkah dalam Hujan)

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاء مَاء مُّبَارَكًا فَأَنبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ

Wanazzalnaa minassama'i ma'ammubarakan fa'anbatnaa bihi jannatiwwahabba alhashshiid(i)

Artinya:
Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.

***

Setelah hari kemarin, cuaca Kabupaten Pati cerah berawan, sinar mentari bersinar menghangatkan seluruh penjuru meski agak malu-malu, hari ini hujan deras kembali mengguyur. Sejak dini hari tadi hingga kini, hujan mulai mengguyur dengan intensitas sedang hingga deras. Jalanan yang mulai mengering, kini tergenang kembali.

Meski demikian, kami yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi kami. Kami tahu semua ini pasti ada hikmahnya. Hikmah yang dapat kita ambil untuk kehidupan yang lebih baik.

Dan kami yakin pula janji Allah dalam Surat Qaaf adalah nyata. Semoga setelah banjir besar ini, Kabupaten Pati akan lebih baik lagi dengan tanaman-tanaman yang dapat menghidupi banyak umat. Aamiin

Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya.


Pati, 23 Januari 2014

#1Hari1Ayat: Q.S.Hud ayat 11 (Kesabaran dalam Bencana)



إِلاَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أُوْلَـئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
Illa alladziina sabaruu wa'amiluushshalihati ulaika lahum maghfiratun waajrun kabiir(un)

Artinya:
Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.

***

Alhamdulillah hhirobil alamin senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT., karena alhamdulillah matahari telah menyinari Kabupaten Pati lagi pagi hingga siang ini (meski agak tertutup awan). Dengan demikian sebagian daerah yang mengalami banjir besar di sebagian desa kemarin bisa mengering.

Namun, akses dari dan menuju kabupaten Pati masih agak tersendat. Terlebih dari/ke arah Grobogan (selatan), jalan antarkota terputus total. Ketinggian banjir (siang tadi) masih setinggi perut orang dewasa (kurang-lebih se-kap mobil avanza). Selain itu dari/ke arah Jepara (utara) juga terhambat oleh hadangan banjir di daerah Kecamatan Dukuhseti. Dari/ke arah Rembang (timur) terhambat banjir di Kecamtan Juwana yang mencapai lutut-paha orang dewasa. Dari/ke arah Kudus (barat) sudah dapat dilewati, namun berhubung daerah Kudus juga mengalami hal serupa, bersiaplah dengan berdiam diri di dalam mobil (baca: macet).

Doa kami, berilah kesabaran ya Allah, hilangkanlah seluruh bencana di Indonesia ini. Aamiin. . .


Maha Suci Allah Dengan Segala Firman-Nya


Pati, 22 Januari 2014