Unggul Di Angkat Besi, Berjatuhan Di Bulu Tangkis

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/08/01/165766_lifter-indonesia--triyatno--merebut-medali-perak_663_382.jpg
Triyanto, Penyumbang Medali Perak Bagi Indonesia
Indonesia akhirnya sukses mengakhiri paceklik medali di Olimpiade London 2012 setelah cabang angkat besi secara beruntun menyumbang perunggu dan perak. Medali disumbangkan oleh lifter andalan Merah Putih, Eko Yuli Irawan dan Triyatno.


Eko Yuli menjadi penyumbang medali pertama bagi Indonesia saat tampil di Olympic Park, Senin, 30 Juli 2012 atau Selasa dini hari WIB. Turun di kelas 62 kg, lifter asal Lampung berhasil melakukan angkatan snatch 145 kg dan clean & jerk seberat 172 kg. Dengan demikian Eko mencatat total angkatan seberat 317 kg.

Tak mudah bagi Eko untuk mendapatkan angkatan terbaiknya pada pertandingan ini. Pasalnya, lifter  kelahiran 24 Juli 1989 itu sedang mengalami cedera pada tulang kering. Eko harus melawan rasa sakit saat dirinya melakukan angkatan clean & jerk terakhir.

Posisi Eko juga sebenarnya sempat di ujung tanduk ketika lifter Kolombia, Figueroa Mosquera, menggeser posisinya ke peringkat tiga. Namun, Dewi Fortuna berpihak kepada Eko karena Juara dunia 2011 asal China, Zhang Jie, hanya mampu mencapai total angkatan seberat 314 kg. Jadilah medali perunggu kembali ke tangan Eko.

Zhang Jie sendiri harus puas berada di urutan keempat. Sedangkan Mosquera berada di urutan kedua dan berhak atas perak. Medali Emas jatuh ke tangan lifter asal Korea Utara, Kim Un Guk.

"Pertandingan ini sangat ketat. Prestasi sekarang ini adalah prestasi terbaik saya," kata Eko dalam wawancaranya dengan tvOne. "Sejak awal pelatnas, tulang kering saya sebenarnya sudah retak. Namun kami saat latihan mencoba mengurangi beban yang menimbulkan rasa sakit. Saat angkatan snatch, kaki tidak ada masalah, tapi untuk clean & jerk sangat terasa sekali," sambung Eko.

Sehari berselang cabang angkat besi kembali menyumbang medali. Kali ini lewat lifternya Triyatno yang turun di kelas 69 kg. Dalam pertandingan tersebut, Triyatno berhasil mencatatkan angkatan snatch 145kg. Sedangkan untuk angkatan clean dan jerk, lifter peraih medali emas di SEA Games 2011 itu berhasil mengangkat beban 188kg. Total angkatan Triyatno adalah 333kg.

Medali emas direbut lifter China, Lin Qingfeng, yang berhasil meraih total angkatan 344kg. Sedangkan perunggu diraih atlet Romania, Martin Razvan Constantin, dengan total angkatan 332kg.

Sayang langkah Eko dan Triyatno tidak mampu diikuti lifter putra lainnya, Deni. Tampil di kelas yang sama dengan Triyatno, Deni harus puas berada di urutan ke-12 dengan total angkatan 311 kg.

"Ini berkah dari Allah. Saat sudah memastikan medali perunggu, pelatih belum memberitahu saya," ujar Triyatno usai pertandingan.

"Pelatih hanya berkata kalau saya mau lebih dari perunggu, harus mati-matian di angkatan terakhir. Alhamdulillah saya akhirnya bisa menahan barbel hingga wasit menekan bel," lanjut Triyatno.

Jaga Tradisi

Keberhasilan Eko dan Triyatno menyumbang medali di Olimpiade London sekaligus menjaga tradisi angkat besi Indonesia di event empat tahunan ini. Saat Olimpiade digelar di Beijing, Cina, 2008 lalu, angkat besi juga menyumbang dua perunggu bagi Indonesia.

Aktornya juga sama, yakni Eko dan Triyatno. Eko berhasil menyumbang medali perunggu dari kelas 56 kg, sedangkan Triyatno dari kelas 62 kg. Empat tahun lalu, Eko berhasil mencapai total angkatan seberat 288 kg, sedangkan Triyatno seberat 298 kg.

"Yang jadi andalan dan punya potensi meraih medali adalah angkat besi dan badminton," ujar Chef de Mission Kontingen Olimpiade Indonesia, Erick Thohir, sebelum bertolak ke London.

Sama halnya dengan empat tahun lalu, pada Olimpiade London cabang angkat besi juga mengirimkan 4 lifter andalannya. Selain Eko dan Triyatno, di nomor putra, Indonesia juga mengirimkan Jadi Setiadi (kelas 56kg) dan Deni (kelas 69kg). Sedangkan di nomor putri, Indonesia mengirim Citra Febriani yang turun di kelas 53kg. Sayang keempat lifter ini gagal mengikuti jejak Eko dan Triyatno.

Selain cabang angkat besi, empat tajun lalu bulutangkis juga menjadi primadona setelah sukses mempersembahkan emas lewat nomor ganda putra, Markis Kido/Hendra Setiawan. Ironisnya, kedua pebulutangkis jebolan pelatnas Cipayung itu justru gagal melaju ke London. Medali perak juga berhasil dipersembahkan oleh nomor ganda campuran atas nama Nova Widianto/Liliyana Natsir. Sedangkan medali perunggu disumbangkan oleh tunggal putri, Maria Kristin Yulianti.

Di pentas Olimpiade, Indonesia pertama kali berhasil menyumbang medali adalah saat berlaga di Korea Selatan 1988 lalu. Saat itu, Indonesia berhasil merebut medali perak lewat cabang olahraga panahan nomor beregu. Satu-satunya perak dibawa pulang saat itu disumbangkan trio srikandi, Saiman, Wardhani, dan Handayani.

Prestasi Indonesi langsung melesat saat badminton pertama kali resmi dipertandingkan di Olimpiade 1992. Saat itu, Indonesia berhasil membawa pulang 2 emas, 2 perak, dan 1 perunggu. Seluruhnya dipersembahkan oleh cabang olahraga bulu tangkis.

Dua emas dari tunggal putra Alan Budi Kusuma dan tunggal putri, Susi Susanti. Sedangkan perak disumbangkan oleh Ardy B Wiranata dan Eddy Hartono/Rudy Gunawan. Sedangkan satu-satunya perunggu dibawa pulang oleh tunggal putra Hermawan Susanto.

Empat tahun berikutnya, bulutangkis kembali menjadi lumbung medali Indonesia. Namun kali ini, Indonesia hanya mampu merebut 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Medali emas disumbangkan oleh ganda putra Indonesia, Rexy Mainaky dan Ricky Subagja.

Pada Olimpiade 2000, bulutangkis masih mampu menjaga tradisi emas lewat ganda putra Tony Gunawan/Candra Wijaya. Cabang tepok bulu juga menyumbangkan dua medali perak lewat Hendrawan dan Tri Kusharyanto/Minarti Timur. Sedangkan satu perak lainnya berasal diraih oleh angkat besi putri, Raema Lisa Rumbewas. Angkat besi juga menyumbang dua perunggu lewat Sri Indriyani dan Winarni.

Perolehan medali bulutangkis terus merosot. Pada Olimpiade 2004, Indonesia hanya meraih satu emas dan dua perunggu dari cabang bulutangkis. Emas disumbangkan oleh tunggal putra, Taufik Hidayat. Sedangkan angkat besi menyumbang perak lewat Risa Rumbewas.

Mulai Berjatuhan

Secara keseluruhan, Indonesia mengirimkan 22 atlet dari 8 cabang olahraga ke Olimpiade London 2012. Rombongan ini lebih kecil dibanding empat tahun lalu saat Olimpiade digelar di Beijing, Cina. Saat itu INA mengirimkan 24 atlet yang tampil di 7 cabang olahraga.

Pada Olimpiade London 2012, beberapa atlet Indonesia sudah berguguran. Penembak Diaz Kusumawardhani (16) menjadi atlet Indonesia pertama yang gugur setelah gagal melaju ke babak final nomor 10 m air rifle putri pada 28 Juli 2012. Penembak berusia 16 tahun ini hanya mampu menempati urutan ke-55 dari 56 peserta.

Kegagalan berikutnya dialami oleh satu-satunya wakil Indonesia di cabang olahraga (cabor) renang. I Gede Sudartawa yang turun di nomor 100 meter gaya punggung putra tersingkir saat tampil di heat kedua. Siman mencatat waktu 55,99 detik saat tampil pada babak kualifikasi di Aquatics Centre, Minggu 29 Juli 2012.

Torehan waktu Siman cuma menempatkannya di urutan tujuh dari delapan peserta. Ia lebih lambat 0,77 detik dari perenang asal Trinidad & Tobago, George Richard, yang berada di urutan pertama.

Dari cabang anggar, satu-satunya atlet Indonesia yang tampil di nomor sabre putri, Diah Permatasari kandas di babak 32 besar. Diah menyerah 7-15 dari atlet Mariel Zagunis (Amerika Serikat)

Kegagalan juga dialami tiga atlet dari cabor angkat besi. Dua lifter putra, yakni Jadi Setiadi dan Deni gagal meraih medali. Nasib yang sama juga dialami oleh lifter putri Citra Febriani.

Dari cabang andalan bulutangkis, atlet-atlet Indonesia juga mulai berguguran. Dari nomor tunggal putra, dua pebulutangkis andalan Indonesia Simon Santoso dan Taufik Hidayat harus tersingkir di babak 16 besar. Taufik menyerah dari pebulutangkis andalan Cina, Lin Dan dua set langsung 9-21, 12-21. Sedangkan Simon menyerah dari Le Chong Wei (Malaysia) dua set langsung, 12-21, 8-21.

Dari nomor tunggal putri, satu-satunya wakil Indonesia, Adriyanti Firdasari juga ikut tersingkir di babak 16 besar. Firdasari menyerah kepada wakil Cina, Wang Xin dua set langsung 15-21, 8-21.

Ternoda Duel Kontroversial

Kejadian memalukan justru menimpa Indonesia di nomor ganda putri. Greysia Polii/Meiliana Jauhari yang sudah memastikan tempat di babak perempat final didiskualifikasi oleh Federasi Badminton Dunia (BWF) karena dianggap menghindari kemenangan saat bertemu wakil Korea Selatan, Ha Jung Eun/Kim Min Jung di babak penyisihan.

Kedua kubu disinyalir mencari kekalahan di laga terakhir Grup C agar tidak menjadi juara grup dan bertemu unggulan Wang Xiaoli/Yu Yang di perempat final. Pertandingan ini sendiri akhirnya dimenangkan oleh Kim/Ha Jung dengan skor 18-21, 21-12, 21-14.

Kim/Ha Jung juga tak luput dari sanksi. BWF juga menjatuhkan sanksi yang sama terhadap dua pasangan lainnya, Yu Yang/Wang Xiaoli (Cina) dan Kim Ha Na/Jung Kyung Eun (Korea Selatan). Kedua pasangan ini juga dianggap tidak serius dalam menjalani laga penyisihan untuk menghindari posisi puncak klasemen grup A.

Pimpinan kontingen Indonesia, Erick Tohir seperti dilansir startribune.com mengatakan pihaknya akan mengajukan banding terhadap putusan BWF. "Cina telah sering melakukan hal ini dan mereka tidak pernah mendapat sanksi dari BWF," kata Erick.

"Pada penampilan pertama kemarin, ketika Cina melakukannya, BWF tidak melakukan apapun. Jika BWF bertindak di pertandingan pertama dan mereka mendiskualifikasi mereka, itu akan menjadi peringatan kepada semua orang," beber pemilik klub DC United tersebut.

Dari cabang bulu tangkis, Indonesia kini hanya berharap kepada dua nomor, yakni ganda putra dan ganda campuran. Di nomor ganda putra, dua wakil Indonesia Mohammad Ahsan/Bona Septano lolos ke babak perempat final usai menempati posisi kedua grup B. Keduanya selanjutnya akan bertemu dengan wakil Korsel, Chung JS/Lee YD.

Nasib yang sama juga diikuti oleh ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Keduanya lolos ke babak semifinal setelah mengalahkan wakil Jerman, Fuch SM/Michels B, 21-15, 21-9. Di babak semifinal keduanya akan bertemu wakil Cina, Xu C/Ma Jin. Indonesia juga masih menyisakan atlet di cabang atletik. Masing-masing lewat nomor 100 meter putra atas nama Fernando Lumain dan maraton putri atas nama Triyaningsih. Selain itu harapan lainnya juga datang dari cabang panahan setelah Yuliana Rochmawati berhasil lolos ke babak delapan besar nomor recurve putri.

sumber: viva news

4 komentar:

  1. saat ini bulu tangkis sudah memasuki masa2 suram, kita tunggu pahlawan2 sekelas taufik dan alan:}

    BalasHapus
  2. @Muro'i El-Barezy sampai saat ini belom ada penerusnya sob, kangen sama perform Alan Budi Kusuma, Susi Susanti, Liem Swie King, Rudy Hartono, dan legendaris lainnya

    BalasHapus
  3. harusnya, setelah atlet angkat besi itu pulang nanti, para koruptor diangkatin satu per satu terus dibuang ke laut!

    BalasHapus
  4. @a.i.r wah ide bagus tuh sob, ane setuju banget tuh

    BalasHapus

Nggak usah sungkan buat nanya atau nulis disini, selaw aja.
Jangan lupa klik iklannya juga ya, buat support kami :)))