Pagelaran pesta sepak bola se-Eropa tahun ini, Euro 2012, belum genap seminggu digelar, namun aksi pelecehan berbentuk rasisme sudah mewabah di dua negara, Polandia dan Ukraina, tempat berlangsungnya Euro 2012 ini digelar. Dan lagi-lagi pemain kulit hitamlah yang menjadi korbannya (wah, kasian banget ya).
Adalah Nigel De Jong dan pemain Belanda berkulit hitam lainnya yang menjadi korban pertama. penduduk lokal Krakow, Polandia meneriaki mereka dengan suara-suara monyet saat Tim Nasional Belanda mengadakan latihan. Kapten Belanda, Mark van Bommel sudah melaporkannya ke UEFA, Badan Sepak Bola Terbesar Eropa. Namun belum jelas kelanjutannya. Untuk berita selengkapnya silahkan baca di >> SINI
Rasisme tidak hanya menerpa Tim Nas Belanda. Louis Saha, Pemain Tim Ayam Jantan, Perancis juga mengemukakan pernyataannya tentang rasisme yang melanda Tim Nas Perancis tersebut.
Lain Saha, Lain pula Selassie. Theodor Gebre Selassie adalah pemain satu-satunya yang berkulit hitam keturunan Afrika yang berkewarganegaraan Rep. Ceko tersebut mengalami pelecehan berbentuk rasisme saat laga pertamanya melawan Russia. Lagi-lagi suara monyet yang digunakan untuk melakukan aksi rasis tersebut.
Ketakutan aksi rasisme juga melanda Tim Nas The Three Lions, Inggris. Keluarga pemain kulit hitam dari Inggris seperti Theo Walcott dan Alex Oxlade-Chamberlain mengaku tak akan menyaksikan Euro 2012 langsung karena takut akan serangan rasisme. Selain itu perkumpulan istri dan pacar pemain Tim Inggris (WAGs) akan menyewa jet pribadi untuk menghindari serangan rasis dan tetap bisa menyaksikan aksi sang suami dan pacar.
Setelah beberapa kali mendengar pemberitaan bahwa aksi rasisme dilakukan oleh suporter Ukraina, Pelatih Tim Nas Ukraina, Oleh Blokhin tetap bersih keras tidak terima Tim dan suporternya dianggap rasisme (wah,, ngaku aja kali om,,).
Apa respon UEFA?
Menurut janji UEFA, laga akan dihentikan dan Tim akan di keluarkan dari turnamen jika ada rasisme suporter tim tersebut.
CMIIW.......
Adalah Nigel De Jong dan pemain Belanda berkulit hitam lainnya yang menjadi korban pertama. penduduk lokal Krakow, Polandia meneriaki mereka dengan suara-suara monyet saat Tim Nasional Belanda mengadakan latihan. Kapten Belanda, Mark van Bommel sudah melaporkannya ke UEFA, Badan Sepak Bola Terbesar Eropa. Namun belum jelas kelanjutannya. Untuk berita selengkapnya silahkan baca di >> SINI
Meski gagal menembus skuat final Prancis, striker Louis Saha tetap mengikuti perkembangan Euro 2012. Saha menilai, ketakutan sebagian fans akan aksi rasisme di Polandia dan Ukraina merusak citra penyelenggaraan turnamen yang hanya digelar empat tahun sekali ini.
"Kami menunggu selama empat tahun untuk Euro 2012," ujar Saha kepada London Evening Standard.
"Tapi, turnamen tahun ini memiliki rasa pahit yang tidak kami inginkan."
"Sangat pahit. Faktanya, fans diminta tidak berangkat ke Polandia dan Ukraina karena problem politik dan etika [rasisme] telah 'berkompromi' dengan event olagraga populer ini."
"Saya ingin Euro 2012 melawan rasisme dan tindakan kekerasan, menyatukan orang adalah tujuan pertandingan yang akan dimenangkan sepanjang musim panas ini," imbuh pemain Tottenham Hotspur tersebut.
Meski demikian, Saha masih berharap Euro memberikan dampak positif kepada negara kontestan yang kebanyakan dihantam problem finansial belakangan ini.
"Entah itu fans, pemain, wasit, media atau penyelenggara sangat penting memperimbangkan ajang ini sebegai kesempatan emas tidak hanya untuk menikmati sepakbola, tapi juga mengubah mood negara peserta, meski hanya dalam waktu sebentar," tutupnya.
sumber: goal.com
Sehari setelah dibukanya Piala Eropa 2012, terungkap bahwa pemain kulit hitam kembali menjadi korban tindakan rasis sekelompok suporter. Uniknya, hal tersebut terjadi di salah satu pertandingan di hari pertama turnamen.
Ejekan meniru suara monyet terdengar pada pertandingan Rusia melawan Republik Cek, dini hari tadi. Ejekan itu ditujukan kepada satu-satunya pemain Cek berkulit gelap, yakni Theodor Gebre Selassie. Hal itu terungkap atas laporan aktivis anti-rasisme.
Selassie adalah pemain keturunan Afrika yang lahir dan besar di Cek. Pemain belakang berusia 25 tahun ini bermain dengan klub Slovan Liberec. Pemain yang memulai karier internasional sejak tim nasional Cek U-21 ini sudah 11 kali memperkuat tim nasional senior.
Aktivis dari The Football Against Racism in Europe (FARE) mengatakan mendengar teriakan penghinaan berbau rasial itu. "Orang kami melaporkan ada suara itu. Dan itu ditujukan kepada satu-satunya pemain berkulit gelap Republik Cek," kata Ketua FARE, Piara Powar.
Federasi sepakbola Eropa (UEFA) sudah meminta FARE membentuk tim guna menyelidiki dan menghasilkan laporan terkait dengan kejadian tersebut. Menurut Powar, saksi mata yang melihat pelecehan itu berada di tengah-tengah sekelompok suporter yang melakukannya. "Tidak mudah mengumpulkan bukti-buktinya," kata Powar.
Sebelumnya tindakan pelecehan rasis juga dialami tim nasional Belanda ketika melangsungkan latihan di Krakow, Jumat lalu. Gelandang Belanda Marc Van Bommel akhirnya mengungkapkan insiden itu ke publik meski diminta UEFA untuk merahasiakannya.
sumber: tempo.co
Ancaman serangan rasial rupanya tak lantas menyurutkan minat istri dan pacar pemain Inggris (WAGs) untuk memberikan dukungan langsung kepada pasangan tercinta selama gelaran Euro mendatang.
Meski mengaku takut dengan ancaman rasis di Polandia-Ukraina mendatang, namun rupanya WAGs sudah menyiapkan rencana dengan menyewa jet pribadi. Menurut mereka, cara paling aman menghindari serangan rasis adalah dengan menyewa jet pribadi untuk membawa mereka menyaksikan langsung pertandingan, kemudian kembali pulang ke Inggris usai laga tanpa perlu menginap.
Meski rencana ini tidaklah murah, namun WAGs ini sudah sepakat jika ini adalah cara paling aman untuk mereka bisa memberikan dukungan langsung di dalam stadion. Sementara untuk mengatasi mahalnya sewa jet pribadi, kumpulan WAGs ini berencana untuk patungan membayar semua ongkos yang diperlukan. "Idenya adalah mereka akan berkumpul dan patungan untuk membayar ongkos sewa pesawat," ucap seorang sumber dekat seperti dilansir oleh The Sun.
Sebelumnya keluarga dari pemain Inggris keturunan kulit berwarna seperti, Theo Walcott dan Alex Oxlade-Chamberlain mengaku takkan pergi menyaksikan langsung putaran final Euro karena takut akan menjadi target serangan rasial. Namun potensi kejadian ini bisa diminimalisir dengan cara menyewa jet pribadi untuk mengangkut mereka pulang-pergi untuk menyaksikan setiap laga Inggris.
"Sudah banyak akan cerita menyeramkan tentang serangan rasial dan para pemain tak ingin melibatkan keluarga dekat mereka dalam bahaya apapun," imbuh sumber dekat tadi.
Mantan bintang Inggris berkulit hitam, Sol Campbell sebelumnya sudah mengatakan jika UEFA membuat keputusan yang salah dengan memilih Polandia dan Ukraina sebagai tuan rumah. Dipercaya jika kedua tuan rumah bersama ini penuh dengan suporter dan holigan yang sering terlibat dalam serangan rasis.
Campbell mengingatkan: "Tetaplah berada di rumah, menyaksikan pertandingan di TV. Jika tidak Anda bisa kembali ke rumah dalam peti mati."
Semua pertandingan babak penyisihan grup Inggris akan digelar di Ukraina. Sementara laga pertama mereka adalah menghadapi Prancis di Donetsk, dimana FA sudah menjual 3000 tiket lebih untuk pertandingan Inggris di babak penyisahan grup.
sumber: bola.net
Anggapan bahwa Ukraina negara yang rasis rupanya membuat pelatih tim nasional negeri bekas bagian Uni Soviet itu berang. Oleg Blokhin, mantan pemain nasional dan juga pahlawan olahraga Ukraina, langsung mencopot alat pendengarannya agar tidak mendengar terjemahan dari pertanyaan yang dilontarkan wartawan soal rasialisme saat jumpa pers jelang pertandingan melawan Swedia.
“Saya tak mau mendengar orang bicara soal rasisme. Tak ada rasialisme di Ukraina,” tukasnya. “Ini urusan politik. Buat saya ini tak ada hubungannya dengan sepakbola. Semisal ada insiden, itu bukan di Ukraina,” imbuhnya.
Walikota Lviv, salah satu kota tempat penyelenggaraan pertandingan, juga menyangkal cap rasialisme itu. “Lviv adalah kota yang toleran … dengan rakyat dari berbagai bangsa dan suku yang saling menghormati,” tegas Walikota Andriy Sadovyi.
Sebelum turnamen Euro 2012 dimulai, sejumlah media Inggris dan Jerman melaporkan meluasnya praktik rasialisme di Ukraina. Mereka juga mencontohkan ulah pendukung salah satu klub sepakbola di Lviv yang dikenal suka mengibarkan bendera Nazi saat pertandingan.
Maksym Butkevych, seorang aktivis antirasialisme, menyatakan kecil kemungkinan meningkatnya kekerasan berlatar belakang ras di Ukraina selama penyelenggaraan Euro 2012. Namun dirinya mengakui masalah itu memang ada dan bukan hal luar biasa di kawasan Eropa Timur.
sumber: solopos.com
Apa respon UEFA?
UEFA menjanjikan bertindak tegas terhadap aksi rasisme di Piala Eropa 2012. Laga langsung dihentikan jika terjadi kasus rasisme, sementara tim yang terlibat bisa saja dikeluarkan dari turnamen.Semoga hal ini benar-benar terjadi untuk mengurangi aksi rasisme dan tidak menyurutkan aksi pemain di lapangan.
Menjelang digelarnya Piala Eropa 2012 Jumat (07/06/2012), Platini mengaku kalau potensi munculnya isu rasisme pada edisi tahun ini jauh lebih besar dari turnamen sebelumnya. Kekhawatiran terhadap rasisme semakin menjadi ketika minggu lalu sebuah acara televisi di Inggris menayangkan insiden diskriminasi dan kekerasan di salah satu pertandingan sepakbola di Ukraina.
Beberapa pemain bahkan sudah bereaksi dengan kekhawatiran munculnya aksi rasisme, dengan Mario Balotelli mengancam akan langsung meninggalkan lapangan jika dirinya jadi korban. Sementara keluarga Theo Walcott dan Alex-Oxlade Chamberlain juga sudah diwanti-wanti untuk tidak datang ke negara tersebut.
"Tidak ada pertanyaan lain yang lebih mengkhawatirkan selain masalah (rasisme) ini," kata direktur program Footbal Against racism in Europe (FARE), Piara Powar, di sela-sela rapat bersama Platini seperti yang dilansir Dailystar.
UEFA mengundang FARE untuk membantu memilih 31 kelompok yang nantinya akan bertugas mengawasi setiap tindakan suporter yang membawa spanduk, menyanyikan lagu, atau melakukan perbuatan yang berpotensi menimbulkan diskriminasi.
Platini sendiri menegskan kalau UEFA telah meminta wasit untuk langsung menghentikan pertandingan andai di tengah laga terjadi aksi pelecehan atas dasar ras. Bukan itu saja, tim yang terbukti melakukan aksi rasisme bisa saja didepak dari Piala Eropa jika diputuskan bersalah melalui badan-badan peradilan independen di UEFA.
"Kami akan menghentikan pertandingan jika ada masalah karena kami pikir rasisme adalah yang terburuk," tegas dia.
"Ada banyak jenis nasionalisme di Eropa. Anda dapat merasakan ini di sejumlah pertandingan sepak bola. Ada beberapa kekhawatiran besar tentang hal tersebut, tetapi sepakbola selalu berhasil mengatasinya," lanjut Platini.
Empat tahun lalu, UEFA mendenda asosiasi sepakbola Kroasia sebesar 20.000 franc Swiss atau sekitar Rp197.000.000 karena mendapati beberapa suporter mereka adalah rombongan neo-Nazi yang bernyanyi dan melakukan tindakan rasisme dalam pertandingan di perempatfinal Euro 2008 melawan Turki di Wina, Austria.
sumber: detik.com
CMIIW.......
0 komentar:
Posting Komentar
Nggak usah sungkan buat nanya atau nulis disini, selaw aja.
Jangan lupa klik iklannya juga ya, buat support kami :)))